Selasa, 02 Agustus 2011

metamarfosis

Ketika seekor ulat akan menjadi kupu-kupu, tidak serta merta mengeluarkan sayapnya yang cantik dan terbang mengepak-ngepakkan sayapnya mencari sari bunga, namun dari sosok yang berbulu dan yang terlihat menjijikkan ternyata harus melalui sebuah kepompong selama beberapa hari dan atas karunia dan kekuasaan Allah barulah fitrahnya berubah fisik menjadi seekor kupu-kupu cantik yang dikagumi.
Sesungguhnya Allah SWT The Creator mengajarkan kita banyak hal ,baik secara langsung maupun dengan perumpamaan-perumpamaan, atau dengan hikmah kejadian-kejadian alam, hikmah peristiwa, bahkan lewat kejadian seekor kupu-kupu atau nyamuk sekalipun. Dan dengan karunia akal, kita mampu menerjemahkannya semua itu untuk menjadi pelajaran dan bekal kehidupan di dunia. Hikmah ini diberikan sejak Nabi Adam as diturunkan ke bumi sebagai khalifah, dengan banyak kejadian baik yang diceritakan dalam kitab suci  Al Quran, maupun dalam hadits, sirah dan hikayat lainnya.

Tak terkecuali sebuah fenomena metamorfosa seekor kupu-kupu. Untuk menjadi sosok yang cantik, perlu sebuah proses yang cukup lama. Ketika telur menetas di atas daun dan menjadi ulat (larva), daun pun menjadi makanan ulat tersebut untuk tumbuh. Selanjutnya ulat tersebut dengan tekun merangkai kepompongnya  hingga siap dihuni untuk beberapa lama. Hingga selesai ‘bertapa dan berpuasa’, sang ulat perlahan keluar dari kepompong dengan sayap baru yang masih kusut, dan perlahan dengan pembuluh-pembuluh darah yang kuat, sayap pun  mengembang dan terlihat kecantikannya.Masya Allah.

Tidak sampai disini, menurut pengamatan para ahli, kupu-kupupun melakukan misi migrasi tidak hanya dari pohon ke pohon, dari bunga ke bunga, namun bahkan sejauh ratusan kilometer. Konon kupu-kupu raja di hutan Kanada saat musim gugur melakukan ‘long fly march’ hingga ke hutan-hutan California bahkan ke Mexico. Subhanallah, untuk ukuran mahluk sekecil itu.

Masih belum selesai, tujuan mereka ternyata tidak mencari makanan, namun justru selama empat bulan mampu bertahan hidup tanpa makan dan minum air dan dengan lemak yang ada ditubuhnya. Dan pada akhir bulan, tepatnya pada musim semi, mereka berpesta sari bunga dan melahirkan generasi kupu-kupu berikutnya. Lagi lagi Subhanallah....
Fenomena kejadian tersebut diatas sungguh kaya akan hikmah. Memasuki bulan Ramadhan ini kita seakan masuk dalam kepompong yang 'menggembleng' ruhani dan fisik. Perintah puasa seperti yang terdapat pada QS Al Baqarah 183 - mengajak kita kaum mukminin menuju derajat tertinggi mahluk di dunia yaitu TAQWA. 29 atau 30 hari yang penuh berkah dan rahmat, pengampunan dosa-dosa dan dijamin dijauhkan dari panas api neraka. Insya Allah.
Rasululllah SAW Bersabda : Pakaian yang tercantik adalah pakaian Taqwa, ini mengingatkan kembali pakaian kupu-kupu tadi yang cantik. Sebuah hikmah dari alam yang mengajarkan bahwa untuk menjadi taqwa perlu proses, seikhlas ulat masuk kepompong, seikhlas ulat 'berpuasa makan minum dan jauh dari aktivitas luar', sekeras perjuangan kupu-kupu keluar dari kepompong pada akhir proses, sekuat kupu-kupu mengembangkan sayapnya - berhijrah (migrasi) dari hal-hal yang kurang terpuji dengan amal shalih di muka bumi.
Kupu-kupu mengajarkan bagaimana mereka 'terbang berjama'ah' bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain. Dan ketika sampai di tempat baru, kupu-kupu masih mampu menahan diri untuk tidak melakukan sekehendak hatinya.
Hal yang sama fenomena dapat dilihat Ini menjadi cermin ketika shalat berjama'ah di mesjid selama bulan ramadhan menjadi pelatihan untuk sebelas bulan berikutnya bagi manusia yang keluar dari kepompong Ramadhan.
Ketika para mukminin dipanggil mesra -Wahai orang-orang mukmin- oleh Allah SWT dalam QS.AL Baqarah 183, ini adalah karunia yang teramat tinggi, wujud begitu sayangnya Allah kepada kita, mengajak dan memerintahkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan dan Allah mendudukkan kita pada derajat tertinggi yaitu Taqwa. Begitu sayangnya dan Allah bahkan melipatgandakan pahala di bulan yang dirindukan, membagi rahmat, memberikan ampunanNya dan.... yang merupakan karunia adalah dijamu Allah pada Malam Seribu Bulan..... Alhamdulillah Yaa Kariim..
Jika kupu-kupu masuk kedalam kepompong, maka kalbu Manusia Ramadhan-lah yang masuk terbungkus dengan kepompong Ramadhan, membungkus kalbu dengan 'shiyam' atau menahan diri, memperkaya kalbu dengan bacaan Al Quran Kalam Allah, dan mensucikan ruhani dengan zakat fitrah dan sedekah...
Jika kupu-kupu melakukan migrasi atau hijrah, maka kalbu manusia Ramadhan pun melakukan hijrah, hijrah dari hal-hal yang merusak ahlak dan aqidah, yang menjadi peletak dasar beraktivitas di bulan-bulan paska Ramadhan..Subhanalllah wabihamdika..
Bulan yang penuh rahmah menumbuhkan rasa kasih sayang, kepedulian sesama, rasa keduniawian yang berlebihan, mengasah mata hati, mempererat silaturahmi, menjaga perut dari yang diharamkan - baik arti haram secara lahiriah ataupun cara mendapatkannya- yang kita yakin Allah mengajarkan kita membiasakan pola makan sehat dan  bermanfaat, mengajak seluruh anggota badan berpuasa melakukan sesuatu yang dilarang, bukan hanya pantangan makan dan minum atau berdusta, kedisiplinan waktu.... dan kesemuanya itu ada pada ahlak Rasulullah SAW..Jadi Ramadhan adalah pencerminan ahlak manusia Agung utusan terakhir yang ditugaskan untuk menyempurnakan ahlak umat Islam.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah"-QS Al Ahzab (33): 21.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung” (QS Ali Imran:104)
''Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.'' (QS Ali-Imran: 110).
Ketika dalam kepompong Ramadhan, kalbu kita senantiasa belajar bersyahadat, hati kita senantiasa berwudlu, hati kita senantiasa bertakbir dan mengucap salam, hati kita berpuasa atau menahan diri, hati kita berzakat - membersihkan diri, dan pun hati kita senantiasa berihram, berthawaf dan bertasbih, ber-sa'i dan tahalul dari kegiatan munkar, melontar jumroh kesombongan, wukuf dari keduniawian dan miqat untuk mengingat asma-Nya... Masa dalam kepompong ini sungguh sangat berharga sekali dalam setahun, terlebih jika menyadari bahwa usia dan jiwa kita dalam genggaman Allah SWt. Mau kemana kita melangkah, Demi masa, semoga senantiasa kita dijauhkan dari kaum orang-orang yang merugi. Naudzu billahi mindalik.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar